Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u144388275/domains/annabaindonesia.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the goodlayers-core domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u144388275/domains/annabaindonesia.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Agar Perahu Berlayar Sampai Ke Tujuan - YAYASAN ANNABA JAWA TENGAH INDONESIA
Senin - Sabtu 09:00 - 15:00 082260007215annabayayasan@gmail.com
Senin - Sabtu 09:00 - 15:00 082260007215annabayayasan@gmail.com
Bidang Pendidikan
PAUD,Sekolah Qur'an An Naba
Bidang Dakwah
Kajian Muslimah An Naba,Masjid An Naba,Kajian Tauhid
Bidang Sosial
LAZIS ANNABA,An Naba Mart

Agar Perahu Berlayar Sampai Ke Tujuan

Sebuah Nasihat Bagi Seorang Yang ingin Menanggalkan Masa Lajangnya

AGAR PERAHU BERLAYAR SAMPAI KE TUJUAN

Oleh: Retno Widiastuti Ummu Abdillah

A. Perintah Untuk Menikah

Agama Islam adalah agama fitrah, dan manusia diciptakan Allah ‘Azza wa Jalla sesuai dengan fitrah ini. Oleh karena itu, Allah ‘Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadapkan diri mereka ke agama fitrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan sehingga manusia tetap berjalan di atas fitrahnya.

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah karena nikah merupakan gharizah insaniyyah (naluri kemanusiaan). Apabila gharizah (naluri) ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah, yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syaitan yang menjerumuskan manusia ke lembah hitam.

Cinta dan bekerja sama, mendahulukan yang lain dan pengorbanan, spiritual yang mulia, keterikatan tubuh yang sah, itulah pernikahan.

Allah Ta’ala  berfirman dalam surat ar-rum ayat 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar Ruum:21)

Allah ta”ala berfirman:

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ

maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. (Qs An Nisa:3)

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.( Qs An Nur: 32)

B. TRILOGI KEHIDUPAN PERNIKAHAN: SAKINAH, MAWADDAH DAN RAHMAH

Cinta dan bekerja sama, mendahulukan yang lain dan pengorbanan, spiritual yang mulia, keterikatan tubuh yang sah, itulah pernikahan.

Allah Ta’ala  berfirman dalam surat ar-rum ayat 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar Ruum:21)

  1. SAKINAH

Sakinah artinya cahaya didalam hati yang membuat tenang dan damai bagi orang yang melihatnya. Sakinah itu penghiburan hati yang memunculkan sikap bijaksana, lurus dan keseimbangan batin, dan sakinah juga merupakan pondasi yang dibangun diatasnya ‘ainul yaqin. Allah berfirman :

وَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya   keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Al Fath :4)

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Artinya: Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Allah menurunkan Sakinah yaitu ketenangan kedamaian di dalam hati suami istri yang beriman.  berkata  hindun binti al muhallab: “Tidaklah  aku melihat kepada  wanita baik-baik maupun yang buruk akhlaknya,  yang lebih baik bagi  mereka selain dengan menutupi diri mereka dengan berdiam diri di rumah mereka. Seorang wanita jika ia sabar dia kan tenang dan damai, dan jika ia tenang ia akan bisa menerima apa yang baik untuknya”

2. Al Mawaddah

Artinya al mahabbah, cinta yang tulus,  kasih sayang.

  • Dari ‘Aisyah rodhiallahu ‘anhu ia berkata, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku”. (hadits shohih diriwayatakan Tirmidzi, Ibnu Majah dan AlHakim)
  • Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda; “Wanita penghuni surga adalah al wadud  yaitu yang banyak kasih sayangnya,  al walud  yang banyak anak, al ‘auud yang selalu kembali kepada suaminya,  apabila suaminya marah ia akan datang kepada suaminya dan meletakkan tangannya di tangan suaminya kemudian dia berkata aku tidak bisa tidur sampai engkau ridha”.

Al wadud artinya yang sangat mencintai suaminya menerima segala keadaan suaminya dengan cinta dan kasih sayang, menjaga dirinya untuk selalu taat dan mencari keridhaan suaminya.

Al ‘auud artunya  kembali kepada suaminya dengan kemanfaatan, menuruti apa yang dikehendaki suaminya.

3. Ar Rahmah

Artinya kelembutan di dalam hati dan kasih sayang yang dengannya ia akan memuliakan dan berusaha berbuat baik, keinginan untuk selalu berbuat kebaikan berdasarkan kasih sayang kepada yang lain untuk meringankan kesulitannya.

  1. Memberikan kegembiraan kepada seseorang dan menghindarkan segala keburukan darinya
  2. Arrahmah artinya juga adalah percaya, memberi kenikmatan, memberi rezeki, pertolongan, memaafkan, keluasan hati, pengampunan, penjagaan. 
  3. Keadaan emosional yang sering muncul kepada mereka yang memiliki kelembutan hati yang merupakan prinsip dasar seseorang mau melakukan kebaikan.

suaminya memiliki pengaruh pada istri, karena dia adalah yang menutupinya, yang menjaminnya dan yang menyayanginya.”

C. AGAR RUMAH TANGGA HARMONIS, LANGGENG SAMPAI AKHIR USIA.

  1. Hendaknya suami istri melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing.

Hak- hak suami atas istrinya merupakan hak yang paling agung, bahkan hak suami lebih besar dari hak istri, Allah ta’ala berfirman dlm surah Al Baqoroh:228:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيم

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya”. QS 2:228

  • Hak laki-laki/ suami dikhususkan, diutamakan, satu tingkat dibandingkan dengan hak istri.

2. Posisikan suami sebagai pemimpin dalam arti yang sebenarnya, menuruti perintahnya, mematuhi keinginannya, mencari keridhoannya, berusaha selalu mengambil hatinya, menghargainya di setiap kesempatan. Perlakukan suami kita layaknya kita memperlakukan majikan/ bos kita.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوالهم

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”.( QS AnNisa:34)

3. Bantulah suami dalam ketaqwaan

selalu mengingatkannya pada Allah karena ia tahu kebahagiaan keluarganya tergantung pada ketaqwaan yang mereka jaga. Sebagaimana yang dilakukan para shahabiyyat -ridhwanullah alaihinna- ketika mereka berkata kepada suami-suami mereka ketika keluar rumah untuk mencari nafkah: “Demi Allah, jangan bawa masuk ke rumah hal-hal yang haram, takutlah pada Allah dalam menunaikan hak-hak kami….” Tidak sama menasehati suami seperti menasehati org lain.

4. Jadilah bumi untuknya, ia akan menjadi langit untukmu

Jadilah engkau hamparan baginya, niscaya ia akan menjadi tiang untukmu. Jadilah engkau hamba sahaya baginya, maka niscaya ia akan menjadi hamba untukmu. Pandai-pandai menempatkan diri, jadilah istrinya, di lain waktu jadilah sahabatnya…

D. JIKA KENYATAAN TAK SESUAI HARAPAN, HARUS APA DAN BAGAIMANA?

  1. Sadari sepenuh hati dan jiwamu bahwa semua terjadi atas kehendak Allah dan ilmu Allah, bukan kebetulan.

Dan semua yang Allah taqdirkan adalah baik untukmu, jika taqdir tak sesuai dengan harapanmu maka, berlapang dadalah, berharap pahala, sabar. Jika Allah taqdirkan suami sebagai ujianmu maka ingatlah hadits ini:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).

Tak selamanya yang tak sesuai harapan adalah buruk, tapi hakekatnya itu adalah tanda cintaNya padamu, RIDHOLAH…!!

2. Introspeksi diri untuk memperbaiki keadaan, tidak ada masalah/ musibah yang terjadi kecuali karena dosa- dosa kita, tidak menyalahkan orang lain.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

3. Cek dan perbaiki niat.

Karena niat yang salah akan melahirkan amalan yang salah pula. Kita tergelincir dalam kesalahan, yang pertama kali harus diperbaiki adalah niat. Niat merubah amalan yang sepele dan remeh menjadi amalan yang besar pahalanya.

Allah berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2)

Ada kaidah fikih yang berbunyi:

نِيَّةُ الْمَرْءِ أَبْلَغُ مِنْ عَمَلِهِ

Niat lebih utama daripada amalan

Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan bahwa yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar amalnya sesuai sunnah. Beliau berkata,

أخلصه وأصوبه . وقال : العمل لا يقبل حتى يكون خالصا صوابا ، الخالص : إذا كان لله ، والصواب : إذا كان على السنة

“(Maksud ayat adalah) Yang paling ikhlas dan paling benar amalnya, ia juga berkata: Amal tidak akan diterima sampai amal itu ikhlas dan benar. Ikhlas yaitu hanya untuk Allah. Benar yaitu jika sesuai dengan sunnah.” (lihat Tafsir Al-Baghawi)

Abdullah Ibnul Mubarak berkata,

رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية

“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.” (Jami’ Ulum wal Hikam)

4. Jangan lupakan doa, mohon kepada Allah agar dijaga, dilanggengkan rumah tangga ini sampai akhir.

الدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah.” (Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)

Meninggalkan doa adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.  Orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina” (al Mu’min;60)

5. Jika semua sudah dilakukan semaksimal mungkin, selanjutnya adalah tawakkal, pasrahkan semua urusanmu kepada Allah. Tidak berharap pada manusia sedikitpun. Fokus dengan kewajiban, fokus kepada kesalahan diri sendiri, kesalahan suami yang abai dengan kewajibannya biar menjadi urusannya dengan Allah sebagaimana urusan ketaqwaanmu menjadi urusan pribadimu dengan Allah.

Tawakkal artinya menyerahkan segala urusan pada Allah. Percaya pada Allah dan minta dicukupkan hanya pd Allah.

Tawakkal syarat keimanan

وعلى الله فتوكلوا ان كنتم مؤمنين

Dan bertawakkal lah pada Allah jika kalian beriman (al maidah:23)

Barang siapa yang bertawakkal pada Allah akan dicukupkan hal-hal yang penting terkait urusan dunia dan akhiratnya, dan barang siapa bertawakkal pada selain Allah, ia akan dihinakan.

E. MANAJEMEN KONFLIK RUMAH TANGGA

Rumah tangga tanpa konflik adalah idaman semua orang. Meski jarang dan susah mewujudkannya tapi kita bisa mengusahakannya, setidaknya untuk meminimalisir konflik.

Keberadaan bahtera rumah tangga tanpa konflik, tanpa keributan tanpa ‘badai’, tanpa ‘ombak besar’ bukanlah hal yang mustahil. Imam Ahmad telah membuktikan hal ini. Selama tiga puluh tahun berumah tangga bisa beliau jalani dengan seorang wanita super istimewa Ummu Ṣālih tanpa konflik sedikit pun. Bayangkan tiga puluh tahun, bukan waktu yang singkat.

Al-Marūżi bercerita bahwa suatu ketika beliau mendengar Imam Ahmad bin Hanbal menyebut-nyebut isterinya yang telah meninggal dunia.

Imam Ahmad mendoakan isterinya tersebut agar mendapatkan limpahan kasih sayang Allah. Setelah itu Imam Ahmad berkomentar,

أَقَامَتْ أُمُّ صَالِحٍ مَعِيْ ثَلَاثِيْنَ سَنَةً، فَمَا اخْتَلَفْتُ أَنَا وَهِيَ فِيْ كَلِمَةٍ

“Isteriku Ummu Ṣāliḥ berumah tangga bersamaku selama tiga puluh tahun (dalam versi lain, dua puluh tahun). Selama itu aku belum pernah berselisih dengannya meski hanya dalam satu kalimat”.

(Tārikh Bagdād 16/262, Dār al-Garb al-Islāmi.  Dan Siyar A’lām an-Nubalā’ 11/332, Muassasah ar-Risālah)

 

Modal utama rumah tangga ala Imam Ahmad adalah kualitas akhlak dan agama yang unggul, karakter, sikap dan kebiasaan harian yang baik. Bukan berdasar kecantikan, harta, status sosial dan hal2 keduniaan lainnya.

 

Ada sejumlah hal penopang terwujudnya rumah tangga tanpa atau minim konflik :

  1. Lapang dada menyikapi permasalahan dan sikap pasangan. Lapang dada membuahkan sikap mudah memaklumi hal-hal yang berpotensial membuat jengkel, sebel, tersinggung, sakit hati dll. Lapang dada menumbuhkan ḥilm (tidak mudah emosi, jengkel, ngambek dll)
  2. Berbaik sangka kepada pasangan. Baik sangka itu berawal dari rasa percaya kepada pasangan. Baik sangka membuahkan sikap tidak mudah cemburu berlebihan yang hanya membuat ‘terbakarnya’ hati. Cemburu tanpa indikator adanya hal-hal yang mencurigakan adalah cemburu yang tercela. Mengedepankan baik sangka membuat seorang ‘membaca’ sikap dan perilaku pasangan dengan kemungkinan-kemungkinan yang positif.
  3. atau mengedepankan nalar sehat bukan perasaan. Akal itu berbeda dengan pintar dan cerdas. Tidak semua orang yang pintar bahkan jenius itu berakal. Orang yang berakal itu tidak mudah baperan. Orang yang berakal tidak hanya menimbang postif atau negatif dari suatu sikap, perkataan dan perbuatan namun orang yang berakal menimbang yang terbaik di antara hal-hal yang positif dan yang terburuk dari berbagai hal yang negatif. Orang yang berakal memilih untuk melakukan hal yang terbaik dan menghindari hal yang terburuk. Orang yang berakal akan menimbang risiko dan dampak dari sebuah sikap, tutur kata dan perbuatan.
  4. Hikmah atau bijaksana. Hikmah dalam bersikap adalah buah dari kedewasaan dalam berpikir, bertindak dan bersikap. Hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah adalah bersikap, bertutur kata dan bertindak yang tepat di waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. Orang yang hikmah akan menyimak dengan baik cerita dan keluh kesah pasangan pada sikon yang tepat dan mengomentari cerita dan keluh kesah pasangan juga pada sikon yang tepat. Suami yang bijak akan mengalah pada sikon yang tepat dan bersikap tegas pada sikon lain yang tepat.
  5. Sikap keterbukaan dan komunikasi yang lancar. Tentang apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, tidak menggunakan metode tebak-tebakan, tidak menggunakan prinsip ‘jika engkau benar-benar mencintaiku tentu engkau mengetahui apa keinginan kekasih hatimu’, ‘jika engkau benar-benar cintai engkau pasti tahu di mana letak kesalahanmu’ atau ungkapan lain yang semisal.

 

 

Dalam rumah tangga kita tidak hanya membutuhkan hidup bersama dengan orang yang baik namun kita sangat membutuhkan hidup bersama dengan orang yang membuat hati kita merasa nyaman, orang yang mengetahui apa saja yang kita sukai dan melakukannya dan mengetahui hal apa saja yang tidak kita sukai dan tidak melakukannya. Kehadiran orang yang ‘nyaman’ di hati adalah kebutuhan vital untuk terwujudnya rumah tangga yang awet karena seumur hidup itu bukanlah waktu yang singkat.

“Filosifi Sepasang Sepatu”

Pasangan terbaik itu seperti sepasang sepatu. Mengapa?

Karena bentuknya tidak sama persis namun serasi. Pria dan wanita diciptakan Allah dengan berbeda, namun keduanya serasi dan saling melengkapi.

Saat berjalan tidak pernah kompak, tapi satu tujuan…

Saat berjalan, kaki kiri dan kaki kanan tidak pernah berbarengan, selalu ada yang di depan atau di belakang. Namun tujuannya selalu sama atau searah. Inilah pentingnya tujuan bersama dalam rumah tangga, yaitu untuk membangun keluarga yang bahagia.

Sepatu itu tidak pernah berganti posisi, namun saling melengkapi…

Sepatu kiri tidak pernah bisa dipakai oleh kaki kanan, demikian juga sebaliknya. Demikian juga dalam hirarki rumah tangga. Pria adalah seorang imam atau pemimpin. Kalau fungsi ini berubah, bila istri menjadi pemimpin, kehidupan rumah tangga bisa berantakan.

PenulisRetno Widiastuti,A.Md
Editor Tim ANIC ( An-Naba Information Centre)
× Chat Sekarang